Jenuh kami duduk di depan teras sekolah  menunggu mobil yang akan membawa Aku dan teman-temanku  ke Bumi Perkemahan di Pakuan Ratu. Walau hari masih agak pagi namun matahar bersinar sangat terik. Bagaikan ikut berpartisipasi menunggu kedatangan sesuatu yang sejak tadi kami tunggu.
Setelah beberapa lama kami menunggu, munculah sebuah moncong mobil berwarna kuning mendekati kami, ternyata mobil yang akan membawa kami ke bumi perkemahan adala sebuah Truk kuning  pengangkat pasir yang catnya sudah banyak yang terkelupas, Tari teman dekatku berbisik kepadaku.
 “perjalanan kita sepertinya akan sangat seru”
Aku hanya tersenyum mendengarya, Aku kira mobil yang akan membawa kami adalah sebuah Mobil Bus dengan fasiitas yang cukup nyaman. Aku tertawa dalam hati. Walaupun begit aku  tetap semangat pergi ke bumi perkemahan itu. Kami berkerjasama mengangkat barang-barang bawaan kami keatas Truk. Regu Putra mengangkat bambu yang akan di gunakan untuk tenda, sedangkan regu Putri membawa tas-tas berisi perlengkapan-perlengkapan.
Setelah barang-barang telah selesai diangkat. Kami berebut naik ke atas truk,
“Hey hati-hati “ucap salah satu guru kami yang sedari tadi mengamati kami.
 Begitu tingginya truck itu sehingga badanku yang kecil perlu bantuan untu naik keatas truk itu. Semuanya berebut ingin berada di bagian depan bak truk itu agar mendapatkan agin yang segar. Aku tidak bisa memenangkan kompetisi itu karna aku yang paling akhir yang naik ke truk itu.
Setelah semuanya siap, dengan di awali sebuah getaran yang kuat yang membuat seluruh badan  kami bergetar truk mulai berjalan meninggakan sekolah kami, kami semuanya bertepuk tangan begitu semangatnya,perlahan-lahan sekolah kami tak tapak dari pandangan mata.
Di perjalanan kami bernyanyi-nyanyi menghibur hati agar tidak terkena mabuk perjalanan, Mengingat begitu jauh perjalanan yang kami tuju. Di tengah perjalanan teman-temanku banyak yang sudah teller, mereka tidur di alas bak yang hanya di alasi tikar. Akirnya aku yang tadi berada di belakang kini bisa berada ke bagian depan truk,  bersama anak laki-laki yang duduk di atas dinding Truk. Di sini terasa sekali kesegara hembusan angin yang di hasilkan oleh Truk yang berjalan sangat cepat.
Beberapa jam kemudian kami melewati jalan berbatu yang membuat Truk kami bergetar-getar sehingga membuat semua isi perut rasanya ingin keluar, ada temanku yang sudah benar-banar teler ia memuntahkaan semua isi perutnya, wajahnya sangat pucat sekali.
“Apalah baru segini aja sudah teler” ucap salah satu anak laki-laki yang memang agak sombong menurutku.
Kami membantunya ada yang memberikannya minyak kayu putik, Ada yang memijat lehernya dan ada pula yang hanya sekedar member semangat. Saat itu terasa sekali rasa kebersamaan kami.
Berjam-jam perjalanan akirnya pukul 10.30 kami sampai di bumi perkemahan pakuan ratu, di sana sudah banyak tenda-tenda yang telah terpasang. Bendera merah-Putih dan bendera Pramuka berdiri megah berjejeran, Yang berkibaran di hembus angin. Kami menurunkan semua barang-barang kami masing, wah begitu senangnya aku saat itu walaupun ini bukan Perkemahanku yang pertama.
Pembina Pendamping kami mencari letak yang nyaman untuk mendirikan tenda namun tidak ada lagi tempat yang tersisa, tempat yang telah kami pesan telah di tempati oleh sekolah lain, karna kami datang agak terlambat. Tempat yang tersisa berada jauh dari posko dan tempatnya dekat dengan WC Umum yang sengaja di buat untuk peserta Perkemahan. Yah terpaksa kami menempati tempat itu,
“Ya sudahlah Kita buat tenda di situ saja” Ucap Pembima Pendamping kami sambari menunjuk tempat yang di maksud. Aku memberanikan diri menyampaikan aspirasiku,
“tapi Kak itudekat dengan WC pastilah nanti kami mencium bau-bau yang tidak enak”bagaimana kalau kita membuat tenda di sana saja” Aku sambil menunjuk sebuah tempat yang dekat dengan posko namun banyak sekali sampah-sampah rumput yang sengaja di buang oleh kelompok sekolah lain.
“Nanti terlalu lama apa bila kita harus memuang sampah-sampah itu terlebih dahulu, sedangan hari sudah semakn siang dan akan segera di adakan Upacara Pembukaan”. Jelas Pembina Pendamping kami yang akrab kami panggil Kak Bay.
 Kami mulai mendirikan tenda dengan di awali menebas rumput-rumput liar yang mengganggu pemandangan. Kami semua berkerja sama tidak ada yang menganggur. Kami membagi tugas, Regu Putra membantu Regu Putri menebasi pohon-pohon, sedangka regu Putri yang membuangnya.
“Semangaat woy”
“Jangan menyerah”
Kami memberi semangat.
Aku juga ikut membantu mereke aku mulai pertama kerjaku dengan membuang sampah rumut-rumput ke dekat WC umum. Nasibku naas sekali, baru saja memulai kerja aku sudah menginjak kotoran manusia yang masih hangat. Tari memberi tahuku,
“Wah, ada yang tidak beresdengan sepatumu”
Aku keheranan,
“ada apa?”
“Ada warna asing berada di sepatu mu”
Aku melihat ke sepatuku, terkejutnya aku
“wah sial sekali nasibku, baru saja memulai kerja sudah dapat sial”
Aku kemudian lari menjauh dan membersihkan sepatuku hanya dengan rumut kering yang ada di sekitarku, karna tidak ku temuan sumber air di sana. Kemudian aku kembali mealnjutkan pekerjaanku tentunya dengan lebih hati-hati jangan sampai menginjak untuk yang kedua kali, ku lihat Tari senyum-senyum kepadaku aku jadi malu di buatnya.
“kenapa kamu Tari?” Tanyaku penasaran.
“Tidak, hanya lucu saja melihatmu”
“Jangan beri tahu kejadian kepada orang lain ya!”. Bujukku dengan muka khawatir.
“Tenang saja, rahasiamu aman bersamaku” Ia meyakinkanku.
Setelah tenda berdiri kami beristirahat sejeak melemaskan pinggang. Sambil membuka bontot yag kami bawa dari rumah.
“Wah enaknya, sudah dari tadi aku menahan lapar” kata Putri yang berbadan agak gemuk.
“kalau kamu mah lapar terus” Godaku.
“Ha ha ha…………..” Kami tertawa barsama-sama.
Malam hari begitu terasa sangat dingin, membuat mata ini tidak kuat lagi untuk menjalankan tugasnya, begitu juga teman-temanku, mereka sudah pada tidur walau hanya dengan selimut  tipis yang tidak mampu mengusir hawa dingin.
Ketika tengah malam aku terbangun dari tidurku, perutku rasanya seperti di aduk-aduk, melintir kesana kemari, aku membangunan tari sahabatku.
“Tari Tari Tari” begitu nyenyaknya dia tidur hingga aku bangunkan dia sampai tiga kali.
“Ada apa?” Dia bangun setengah sadar.
“Perutku sakit sekali, sepertina ingiku keuarkan isinya” Katakusambil memegang perut.
“Oh kamu mau beol? Memang ada air?”
“gak ada aku” Menggelengan kepala.
“Ya udah pakai air minumku saja” Sambil mengeluarkan segelas air minum kemasan dari tasnya.
“Hah . . .? Hanya itu?, Ya sudahlah gak papa”.Aku di ujung kepasrahanku
“Temani akuya!”rayuku.
“Ya ya…tenang saja” Kami bangun menuju WC umum yang letaknya tidak begitu jauh. Hanya dengan di temani Tari dan senter kecil yang keterangannya di ragukan.
Setelah beberapa menit,
“Wah. . .lega, hehehe”
“Kamu jorok ya? Cebok hanya dengan segelas air.hehehe”Goda Tari
“Ga’ papa lah,inikan darurat”
“Ha. . .ha. . .ha. . .”kami tertawa baersama. Kemudian kami melanjutkan tidur.
Pukul 04.00 pagi kami sudah bangun,  kami mengikuti senam bersama di depan posko yang di adakan oleh panitia perkemahan. Kemudin dilanjutkan solat subuh berjmaaah. Kami siap menghadapi hari ini. Kami tau pasti hari ini sangat menyenangkan, mendapatkan pengalaman baru, dan pastinya teman baru juga, kami bersama melewati tantangan yang menghadang, lewati hari-hari di perkemahan ini dengan semangat kebersamaan. Bagaikan si penagih ilmu yang siap menerima sebuah pengalaman, tantangan, yang akan kami hadapi bersama.
 Inilah hari Pertama kami di bumi Perkemahan Pakuan Ratu, yang kami hadapi penuh semangat.


date Sabtu, 24 September 2011

0 komentar to “***KEBERSAMAAN**”

Leave a Reply: